Pages

Rabu, 16 Desember 2015

Beginning Inquiry


Pendidikan pada dasarnya adalah untuk membangun gagasan dan emosi secara terus menerus. Perubahan kesadaran manusia yang juga berlangsung secara terus menerus memberikan karakter tersendiri pada proses pendidikan. Perubahan tersebut juga membuat pengajaran dan pembelajaran dalam pendidikan menjadi sebuah proses yang menyenangkan dan terus mengalami perkembangan, sebagaimana pemikiran dan perasaan yang juga terus dibangun dan dikembangkan secara berkelanjutan. Peserta didik datang ke sekolah dengan berbagai pengalaman yang tersimpan dalam ingatan mereka, baik itu pengalaman fisik maupun pengalaman psikologi yang kompleks, yang nantinya akan membantu mereka lebih dewasa.
Dalam proses pendidikan di sekolah khususnya di kelas, tentu terdapat sebuah proses pengajaran yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik. Berbagai macam cara dilakukan oleh seorang pendidik agar proses pengajaran dapat berlangsung optimal. Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang merangkul semua pengalaman belajar peserta didik yang menitikberatkan bagaimana interaksi antara gagasan dan emosi dengan suasana kelas dan bagaimana keduanya dapat berubah sesuai dengan suasana yang juga ikut berubah.
P31roses pengajaran harus dijalankan sesuai dengan urutannya supaya peserta didik dapat dengan mudah dan tetap terfokus mengikuti proses pengajaran tersebut. Artinya, seroang pendidik harus mampu merancang sebuah aktivitas pengajaran di kelas supaya tujuan dari pengajaran tersebut dapat tercapai secara optimal. Adapaun dalam buku Models of Teaching ini, penulis menggunakan istilah pengajaran dan pembelajaran, namun penulis menganggap bahwa istilah pengajaran sama dengan pembelajaran yang memiliki makna sama, yaitu itu untuk membuat peserta didik menjadi pembelajar.
Sebuah rancangan aktivitas pembelajaran disusun dengan tujuan agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Ketika rancangan aktivitas pembelajaran tersebut telah diaplikasikan di dalam suatu kelas, maka akan muncul temuan-temuan yang nantinya akan menjadi dasar dalam hal mengembangkan rancangan aktivitas pembelajaran itu sendiri. Di dalam buku Models of Teaching ini diungkapkan beberapa temuan / studi kasus dari rancangan aktivitas pembelajaran yang sudah diterapkan oleh beberapa pendidik yang kemudian diteliti dan terus dikembangkan sehingga menjadi Model Pembelajaran. Dalam kasus yang diungkapkan ini juga dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan utama dari pembelajaran adalah bagaimana caranya membelajarkan peserta didik menjadi seorang pembelajar, sehingga jika seorang peserta didik sudah menjadi seorang pembelajar maka peserta didik tersebut akan mudah dalam menjelajah dunia mereka dan berkembang sesuai minat dan bakat mereka. Adapun beberapa kasus yang dimaksud tersebut terdapat 4 kasus, dimana terdapat 4 orang pendidik yang berbeda dengan kelas yang berbeda, dan dengan rangkaian aktivitas pembelajaran yang berbeda pula. Jika kita simpulkan, inti dari masing-masing rangkaian aktivitas pembelajaran dari keempat kasus tersebut adalah :
a.      Kasus 1 : Model inquiry training diterapkan dengan cara mempertemukan para peserta didik dengan keadaan atau masalah yang sedikit membingungkan mereka. Kemudian, dengan bertanya dan melakukan eksperimentasi, mereka diajak untuk membangun dan menguji gagasan-gagasan. Berawal dari hal ini akan terbangun sebuah komunitas yang para anggotanya dapat bekerja sama dalam menjelajah dunia mereka sendiri.
Model inquiry training diterapkan dengan cara mempertemukan para peserta didik dengan keadaan atau masalah yang sedikit membingungkan mereka. Kemudian, dengan bertanya dan melakukan eksperimentasi, mereka diajak untuk membangun dan menguji gagasan-gagasan. Berawal dari hal ini akan terbangun sebuah komunitas yang para anggotanya dapat bekerja sama dalam menjelajah dunia mereka sendiri.
b.      Kasus 2 : Model inductive thinking diterapkan dengan cara mengarahkan peserta didik untuk menguji hipotesis. Model ini  mempelajari bagaimana para peserta didik berpikir, apa yang mereka saksikan dan apa yang tidak, dan membantu mereka memecahkan masalah dengan cermat, yang pada akhirnya berujung pada suatu komunitas pemikir induktif (community of inductive thinker).
c.       Kasus 3 : Model pengajaran hukum (jurisprudential models) dirancang untuk memandu peserta didik belajar seputar masalah-masalah kebijakan publik dan nilai-nilai mereka sendiri.
d.      Kasus 4 : Model Penyelidikan Berkelompok (group investigation model) diawali dengan  menyajikan informasi pada peserta didik yang akan membimbing mereka secara perlahan pada tahap penelitian. Mereka kemudian meneliti menurut persepsi mereka sendiri, mencatat beberapa kesamaan , dan perbedaan dalam persepsi tersebut hingga penelitian yang dilakukannya berlangsung sukses.
Pada pembahasan Membangun Komunitas Pembelajar Ahli dalam buku ini, dituangkan beberapa pengalaman pendidik dalam mendidik dan mengajar peserta didik dalam hal penerapan rancangan aktivitas yang mereka buat. Setelah melihat respon yang diberikan oleh pesertda didik, pendidik terus melakukan pengembangan dan pembaharuan untuk melengkapi rancangan aktivitas pembelajaran yang mereka buat. 31
A.      Model-Model Pembelajaran
Model-model pembelajaran yang kita kenal saat ini merupakan hasil dari perjuangan dan pengalaman pendidik yang telah berhasil membuat  jalan baru bagi kita untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Semua pendidik membuat sebuah reportoar tentang berbagai praktik pengajaran agar mereka dapat berinteraksi dengan para peserta didik dan mempertajam lingkungan/suasana saat mengajar peserta didik-peserta didiknya. Beberapa praktik ini menjadi sasaran kajian formal, diteliti dan dipoles sehingga menjadi model-model yang dapat kita gunakan saat ini untuk mengembangkan skill-skill profesional untuk tugas-tugas pengajaran. Kunci mendapatkan model yang baik adalah dengan menggunakan model tersebut sebagai perangkat penelitian. Kita menyediakan lingkungan-lingkungan pembelajaran, mempelajari respon peserta didik, dan belajar dari pengalaman-pengalaman saat menggunakan model tersebut.
Cara penerapan suatu pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap kemampuan peserta didik dalam mendidik diri mereka sendiri. Pendidik yang sukses bukan sekedar penyaji yang kharismatik dan persuasif, namun pendidik yang sukses adalah pendidik yang melibatkan para peserta didik dalam tugas-tugas yang sarat muatan kognitif dan sosial, juga mengajari mereka bagaimana mengerjakan tugas-tugas tersebut secara produktif. Dapat disimpulkan bahawa mengajar adalah mencetak para pembelajar yang handal (powerfull learners).
Prinsip yang sama juga berlaku di sekolah. Sekolah-sekolah yang hebat akan mengajari peserta didik untuk belajar. Kita mengukur pengaruh dari berbagai model-model pembelajaran tidak hanya dari seberapa besar kita mampu mencapai mata pelajaran tertentu yang kita tuju (seperti harga diri, keterampilan sosial, informasi, gagasan dan kreativitas), tetapi juga seberapa besar kita meningkatkan kemampuan peserta didik dalam belajar, yang memang merupakan tujuan dasar mereka bersekolah.
B.       Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran
Penelitian-penelitian tentang model-model pengajaran dan efektivitas penerapannya telah menghasilkan dua pertanyaan mendasar :
Seberapa cepat peserta didik diajari untuk belajar lebih efektif ?
Seberapa luas jangkauan peserta didik dilatih untuk belajar lebih hebat ?

a.       Respon Cepat terhadap Perubahan-Perubahan Instruksional
Pengajaran dapat membuat sebuah perbedaan besar pada peserta didik, baik pada tingkat kelas maupun tingkat sekolah. Inilah salah satu inti dari pengajaran efektif yang tentu saja disadari oleh para pendidik yang efektif pula. Pendidik yang efektif selalu percaya diri bahwa mereka dapat membuat suatu perbedaan dan bahwa perbedaan tersebut dibuat dengan cara menyesuaikan strategi atau perangkat pembelajaran mereka dengan kondisi peserta didik saat itu. Kemudian, mereka mempelajari pola belajar peserta didik dengan cermat dan membuat lingkungan belajar menjadi nyaman dan menyenangkan untuk mempercepat peningkatan hasil belajar peserta didik.
b.      Merancang Sekolah sebagai Tempat Semua Orang Bisa Belajar
Seorang pendidik tentunya menyimpan harapan besar pada setiap peserta didiknya. Seorang pendidik berharap bahwa peserta didiknya dapat menjadi seorang yang tidak hanya menguasai materi yang sedang diajarkan, namun juga diharapkan dapat memahami dunia sosial, berbakti pada perubahan, mengembangkan  harkat dan martabat, harga diri, dan keterampilan dalam menggali dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya masing-masing. Dengan demikian, perlu dilakukan usaha dari seorang pendidik agar harapan-harapan tersebut kelak dapat terwujud. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah membuat rancangan aktivitas pembelajaran di sekolah dan kelas yang dapat menunjang dan mempermudah proses pembelajaran peserta didik. Setelah rancangan tersebut selesai dan kemudian diterapkan, pendidik wajib melihat respon dari peserta didik sehingga rancangan kegiatan pembelajaran terus diperbaharui menyesuaikan kondisi peserta didik. Singkatnya, seorang pendidik wajib menciptakan suatu komunitas pembelajar di lingkungan sekolah.

C.      Konsep-Konsep Pembelajaran yang berlaku pada seluruh Model Pembelajaran

Penting bagi kita sebagai calon  pendidik untuk mengenali gagasan-gagasan yang mendasari model pengajaran. Cara-cara berpikir yang membantu kita dalam mengamati kondisi peserta didik dan meneliti model-model yang kita gunakan dan berusaha mengerti lebih baik tentang model-model tersebut dan cara penggunaannya.
Saat ini, pemikiran tentang peserta didik dan lingkungan pendidikan meliputi beberapa istilah penting, antara lain :
a.       Kontruktivisme
Pertama, gagasan tentang pembelajaran yang merupakan konstruksi pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, otak menyimpan informasi, mengolahnya, dan mengubah konsepsi-konsepsi yang ada sebelumnya. Pembelajaran bukan hanya sekedar proses menyerap informasi, gagasan, dan keterampilan; karena materi baru tersebut akan dikonstruksi oleh otak.
Kedua, otak bekerja sejak lahir. Anak mempelajari kebudayaan dan berbagai keragaman lain yang ada dalam keluarga dan lingkungan masyarakat sejak mereka masih balita, atau bahkan bayi. Sebagaimana anak kecil, kita mengembangkan informasi dan gagasan yang amat banyak jumlahnya, kita juga mempelajari cara-cara berinteraksi dengan oranglain, dan kita belajar bagaimana mengirimkan bahasa dan kebudayaan kita pada anak-anak kita sendiri nantinya. Informasi baru yang kita peroleh terbentuk sebagai kerangka berpikir dan rancangan kuat dari kontruksi gagasan yang telah ada sebelumnya.
Disamping budaya, sikap kontruktivis adalah bahwa pengetahuan tidak sekedar ditransmisikan oleh pendidik atau orangtua, tetapi mau tidak mau harus dibangun dan dimuncul sendiri oleh peserta didik agar mereka dapat merespons informasi dalam lingkungan pendidikan.
b.      Metakognitif
Metakognitif dan konstruktivisme merupakan dua istilah yang berhubungan dalam hal kesadaran peserta didik atau pembelajar terhadap bagaimana mereka belajar dan mengembangkan perangkat serta mengamati kemajuan. Mereka menggunakan strategi-strategi belajar daripada secara pasif merespon lingkungan pembelajaran untuk mengembangkan kontrol eksekutif (executive control). Dengan begitu, peserta didik akan berusaha untuk memahami buku bacaan yang sedang dia ingin pahami sebagai salah satu dampak dari pengembangan kontrol eksekutif. Namun, masih banyak peserta didik yang pasif terhadap buku bacaan mereka, sehingga mereka hanya mengikuti materi dari buku bacaan tersebut tanpa mengontruksi pengetahuan mereka secara aktif. Namun demikian, ada juga peserta didik yang bersikap aktif terhadap buku bacaan mereka, sehingga mereka bersikap kritis terhadap materi yang sedang mereka baca dengan meningkatkan pemahaman mereka dan membuat konsep dari materi yang telah mereka pahami dari buku bacaan tersebut. Dengan begitu, peserta didik yang bersikap aktif tersebut akan lebuh baik dari peserta didik yang bersikap pasif, pengetahuan mereka akan lebih matang dengan pemahaman yang mereka peroleh, sebagai pendidik mampu merancang sebuah instruksi positif untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki.
Hubungan konsep-konsep konstruktivisme dan metakognitif dapat dilihat dengan menerapkannya pada kurikulum dan pembelajaran. Contohnya dengan pembelajaran, jika pendidik mengajar peserta didik mengenai suatu materi yang berkaitan dengan sains, pendidik dapat mengaitkan atau menggunakan proses tersebut dengan pelajaran lain, tidak hanya dengan proses berpikir ilmiah yang hanya digunakan untuk sains. Perkins (1984) mengatakan, berbicara tentang keterampilan berpikir dalam semua bidang kurikulum, peserta didik harus dilatih untuk memperolah dan menyimpan pengetahuan, memahaminya dengan membangun konsep, kemudian menerapkannya agar nanti mereka bisa menjadi seorang pemikir generatif (produktif). (Bruce Joyce, 2009: 15). Ketika mengeksplorasi atau mencari bahkan memilih model-model pembelajaran yang akan digunakan untuk melakukan pengajaran kepada peserta didik, seorang pendidik harus benar-benar mampu memperhatikan pola-pola pembelajaran yang menggarisbawahi masing-masing model tersebut agar dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan kontrol metakognitif dari masing-masing model pembelajaran tersebut, sehingga dapat membantu mereka dalam belajar mengonstruksi pengetahuan yang telah mereka pelajari dan pahami.

c.       Scaffolding
Menerapkan scaffolding dalam pembelajaran adalah berbagai cara untuk membantu peserta didik dalam memperoleh kontrol metakognitif secara maksimal, yang dilakukan dengan cara mempelejari kemampuan peserta didik sebagai pembelajar dan memerhatikan perkembangan strategi belajar, ini merupakan salah satu strategi dari semua model yang akan pendidik pelajari nanti.
Pengajaran Timbal Balik dalam Reading Comprehension
Strategi pembelajaran kooperatif yang bersifat umum, kebanyakan diterapkan untuk berbagai bidang yang bertujuan dalam kurikulum untuk membangun pemahaman dan keterampilan interpersonal. Materi listening dan reading comprehension merupakan pengajaran timbal balik yang khusus dirancang untuk mengupayakan pemahaman (comprehension) sebagai proses pemecahan masalah dalam kelompok penelitian. Tujuan utama dalam pengajaran membaca adalah meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik dalam memahami suatu bacaan, sehingga dapat meningkatkan efektivitas mereka dalam bekerja sama sebagai peneliti.
Proses berpikir multidimensional adalah membaca (reading), seorang ahli pembaca memiliki kosa kata yang cukup banyak dan mengetahui bagaimana mereka menambahkan kosa kata itu untuk memecahkan masalah mereka ketika membaca seperti apabila menemukan kata-kata asing/ tak dikenal, mereka bisa mengetahui maksud dari bacaan tersebut dengan kemampuan pengetahuan mereka, sehingga mereka dapat memahami ide sang pengarang dari bacaan tersebut dengan cara memahami makna dari kata, kalimat bahkan paragraf dari teks-teks yang lebih panjang untuk mengasah kemampuan mereka. Tetapi dalam membaca juga harus mempunyai kemampuan pemahaman (comprehension), karena jika hanya membaca saja tanpa memahami dari bacaan tersebut sama saja dengan tidak membaca. Oleh karena itu, teknik-teknik yang dapat mengembangkan pemahaman harus dikembangkan menjadi prioritas utama sebagai pengajaran timbal balik yang akan menjadi salah satu dari berbagai pendekatan yang akan membantu peserta didik mengembangkan kemampuan pemahaman mereka yang lebih baik dalam memahami arti kata, kalimat serta paragraf dalam teks yang panjang.
Kemampuan membaca merupakan pendekatan yang sederhana dan mudah. Dalam memahami bacaan terdapat empat teknik yang bisa dijadikan pendidik sebagai model pengajaran, diantaranya 1) mengembangkan pertanyaan-pertanyaan tentang suatu bacaan, 2) membuat ringkasan tentang apa yang disampaikan dalam bacaan tersebut, 3) berusaha memperjelas makna yang terkandung dalam bacaan tersebut, dan 4) memikirkan prediksi dan membuatnya tentang apa yang mungkin tertulis pada paragraf selanjutnya. Peran pendidik dalam hal ini adalah harus mampu menyesuaikan kemampuan peserta didik agar peserta didik menjadi lebih terampil dan mampu memonitor sendiri dalam menggunakan strategi-strategi yang diperlukan dalam materi listening yang diterangkan oleh pendidik yang berupa dialog. Pengembangan kontrol metakognitif didasarkan pada self monitoring dengan strategi-strategi yang digunakan dalam teknik pengajaran. Pendidik membantu peserta didik untuk menyediakan perlengkapan yang akan digunakan tetapi tidak sepenuhnya membantu peserta didik dalam menguasai strategi. Pertanyaan-pertanyaan dalam dialog akan membantu peserta didik dalam memahami bacaan dan menyadarkan peserta didik dalam menuntun penelitian yang mereka lakukan. Kepemimpinan peserta didik yang dilakukan secara bergiliran juga merupakan salah satu pengajaran bagi mereka untuk dapat bersikap tanggung jawab dalam mempimpin peserta didik lainnya.
Menerapkan pengajaran timbal balik harus memiliki prinsip-prinsip tanggapan/ respon untuk mengamati peserta didik dan menyediakan dukungan yang secukupnya, ini dapat dijadikan kunci sukses dalam pengajaran timbal-balik. Pendidik membuat kelompok-kelompok kecil untuk peserta didik sekolah dasar atau menengah yang kemampuan mereka kurang dalam hal memahami bacaan, kemudian mengadakan pemantapan.
Setiap model memiliki prinsip tanggapan dan beberapa petunjuk yang dapat membantu pendidik menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik, sehingga dapat mengevaluasi penelitian mereka secara efektif.
Dalam pengajaran berdasarkan scaffolding, pendidik memandang kerja sebagai proses mengamati tanggapan peserta didik dan meningkatkan kemampuan yang mereka miliki, meliputi pemahaman metakognitif dalam hal performance. Pendidik harus mampu menyesuaikan kemampuan peserta didiknya, dengan model ini, pendidik mengamati pada tingkat yang mana peserta didiknya berada, dan mencoba mendorong performa peserta didiknya agar lebih efektif.
d.      Optimal Mismatch : Wilayah Perkembangan yang Paling Memungkinkan
Dalam mengajar, pendidik harus mengetahui kemampuan peserta didik dan pengetahuan awal peserta didik. Jika pendidik mengajarkan peserta didik tentang apa yang mereka ketahui dan sedang mereka lakukan dengan pemahaman mereka, peserta didik akan mudah bosan dan akan tidak lebih giat belajar, sehingga tidak akan ada peristiwa pengembangan strategi belajar lebih hebat. Sebaliknya, jika pendidik mengajarkan peserta didik dengan melebihi kemampuan dan pengetahuan mereka, ini akan membuat peserta didik berjuang terlalu keras untuk belajar lebih optimal. Ini merupakan tantangan bagi pendidik dalam melakukan pengajaran untuk mencapai tujuan-tujuan dan proses proses yang dapat dijangkau peserta didik dan tidak melampaui kemampuan mereka.
Ketika peserta didik melakukan kerja sama dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan pendidik untuk mengklasifikasi informasi baru, tidak semua peserta didik dapat melakukan hal itu, karena kemampuan yang mereka miliki berbeda-beda untuk menghasilkan kerja yang efektif. Ada peserta didik yang dapat melakukan bekerja sama dengan baik dalam kelompok kecil, tetapi tidak dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompok besar, dan begitu sebaliknya, ada peserta didik yang bekerja sama dengan baik dalam kelompok besar tetapi tidak dapat bekerja dengan baik dalam kelompok kecil, juga ada peserta didik yang bekerja dengan baik jika dia memperoleh dukungan yang banyak untuk membangun kategori yang efektif. Jika pendidik melakukan pengelompokkan peserta didik dan hasil dari kerja kelompok peserta didik itu baik, maka pendidik tersebut berhasil dalam mengelompokkan kemampuan peserta didik dalam kelompok tersebut. Inilah prinsip optimal mismatch yang kelihatannya mudah dan sederhana, tetapi dalam penerapannya sulit.
Mencari Wilayah Perkembangan yang Paling Memungkinkan
Ketika peserta didik diberikan tugas yang sulit atau di luar kemampuan mereka, mereka akan merasa tertantang dalam membuat tugas tersebut, sehingga dapat mendorong peserta didik untuk berkembang dengan kemampuan yang mereka miliki tanpa harus merepotkan diri sendiri dan memberatkan mereka jika mereka menganggap tugas tersebut adalah tantangan untuk mereka, tetapi jika sebaliknya, mereka menganggap tugas tersebut merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk mereka kerjakan maka akan menimbulkan dampak lain dari diri peserta didik tersebut.
Mengamati peserta didik dan menentukan waktu yang tepat untuk menerapkan keterampilan peserta didik dalam memahami suatu bacaan lebih banyak lagi merupakan bagian yang paling rumit dari pengajaran timbal balik. Pendidik harus melakukan sesuatu untuk membuat prediksi dan mendorong peserta didik untuk mencapai kemampuan mereka agar lebih terampil, jika pendidik memberikan tuntutan kepada peserta didik untuk membuat prediksi tentang apa yang akan tertulis pada kutipan selanjutnya.
Wilayah perkembangan yang paling memungkinkan adalah upaya kerangka rujukan yang diciptakan Vygotsky untuk membantu gutu memahami tingkat perkembangan peserta didik dan menyusun tugas-tugas kognitif atau tuntutan lingkungan sosial yang dapat mendorong peserta didik untuk berkembang, dan Piaget juga menciptakan kerangka kerja untuk memahami tingkat perkembangan dan suasana menyenangkan yang memungkinkan peserta didik dapat aktif dan tumbuh berkembang tanpa ada tekanan yang berlebihan. (Bruce Joyce, 2009:19). Kerangka rujukan atau kerangka kerja yang dicipatakan kedua pakar tersebut sangat membantu pendidik dalam mempelajari tingkat perkembangan pertumbuhan peserta didik sebagai perserta didiknya serta mengetahui tingkat intelektual dan emosional mereka secara umum.
            Lingkungan-Lingkungan yang Optimal
Membandingkan tingkat perkembangan kepribadian seseorang dengan lingkungannya dan mendorongnya untuk masuk pada tingkatan perkembangan selanjutnya merupakan prosedut terbaik dalam mendorong perkembangan individu menuju kompleksitas dan fleksibilitas. Berikut merupakan ringkasan dari empat tingkatan konseptual yang mengindisikasikan bentuk-bentuk lingkungan optimal pendidikan pada umumnya : 
No
Karakteristik-Karakteristik Tingkatan
Lingkungan Optimal
1
Tingkatan ini ditandai oleh corak respons tertentu secara radikal. Individu cenderung melihat segala sesuatu secara hati-hati, apakah benar atau salah, dan dia cenderung mengelompokkan dunia dalam bentuk-bentuk citraan (stereotype). Dia lebih suka pada hubungan sosial satu pihak (unilateral social relationship) yang melihat secara hirarkial sekelompok orang yang ada di bawahnya atau di atasnya. Dia juga cenderung menolak informasi yang tidak cocok dengan sistem kepercayaannya saat itu atau memutar balikkan informasi tersebut untuk disimpan dalam kategori-kategori yang sudah ada.
Untuk menghasilkan perkembangan yang berarti dalam tingkatan ini, lingkungan peru disusun secara logis dan sempurna, karena jelas individu ini akan lebih tegas dan tegar pada berbagai sitem sosial yang terbuka. Pada saat yang bersamaan, lingkunga tersebut juga harus menekankan “aturan” yang sedikit memaksa mereka untuk mengembangkan citra diri yang sewaktu-waktu dapat terpisah dari sistem-sistem kepercayaannya. Lingkungan ini juga harus mendidik mereka untuk mengakui bahwa manusia, termasuk mereka, memiliki pandangan dunia yang berbeda-beda sehingga mereka mampu menegosiasikan mana yang salah dan mana yang benar dalam situasi dan aturan tertentu. Ringkasnya, lingkungan yang bagi individu ini adalah pengawasan yang simpatik, terencana dan tak pilih kasih dengan tetap menekankan pada negosiasi dan pencitraan terhadap sendiri.
2
Pada tingkatan ini, individu melepaskan diri dari aturan dan kepercayaan yang kaku yang dia miliki sebelumnya. Dia selalu dalam situasi yang penuh dengan resistensi terhadap kekuasaan dan cenderung melawan kendali dari segala arah, bahkan dari hal-hal yang tak mampu dia lakukan sekalipun. Dia masih cenderung mendikotomi lingkungan. Dia sulit melihat pandangan dari orang lain dan sulit mempertahankan keseimbangan antara pedoman kerja dan relasi interpersonal.
Citra diri yang diajurkan sekarang sudah muncul, dan dia harus mulai membangun ikatan dengan orang lain, mulai belajar dari pandangan orang lain, dan melihat bagaimana semua ini bekerja dalam kondisi dan situasi tertentu. Oleh karena itu, lingkungan untuk individu ini perlu menekankan tawar-menawar dalam relasi interpersonal sekaligus menekankan divergensi dalam mengembangkan aturan dan konsep.
3
Pada tingkat ini individu mulai membangun ikatan yang dekat dengan orang lain dan belajar dari pandangan mereka. Dalam relasi yang baru dia temukan dengan orang lian ini, dia sulit mempertahankan pedoman kerja karena perduli terhadap perkembangan relasi interpersonal. Namun, dia mulai menyeimbangkan beberapa alternatif dan membangun konsep-konsep yang menjembatani perbedaan pandngan dan gagasan yang tampak bertolak belakang satu sama lain.
Lingungan dalam hal ini seharusnya memperkuat relasi interpersonal yang sudah terbangun, tetapi juga harus dilakukan penekanan pada tugas-tugas dimana individu tersebut sebagai bagian dari kelompok harus berhasil mencapai tujuan sebagaimana dia memelihara relasi dirinya dengan individu-individu lain. Jika lingkungan terlampau protektif, dia bisa saja tertawan pada tingkatan ini, dan walaupun dia terus mengembangkan keterampilannya dalam relasi interpersonal, dia mustahil bisa mengembangkan skill lebih lanjut dalam melakukan konseptualisasi atau mempertahankan dirinya dalam keadaan yang menuntutnya untuk bekerja.
4
Individu mempertahankan suatu perspektif yang diseimbangkan dengan pedoman kerja dan relasi interpersonal. Dia akan membangun konstruk-konstruk dan kepercayaan-kerpercayaan baru, atau sistem-sistem kepercayaan, yang sangat penting untuk menyesuaikan situasi-situasi dan informasi baru yang selalu berubah. Selain itu, dia mampu bermusyawarah dengan orang lain tentang aturan-aturan kebiasaan (konvensional) yang akan mengontrol perilaku di bawah kondisi-kondisi tertentu. Dia dapat bekerja sama dengan orang lain dalam merancang program-program kegiatan dan bermusyawarah dengan mereka tentang sistem-sistem konseptual untuk mendekati masalah-masalah kasat mata.
Individu ini cukup adaptabel, Anda hanya perlu keyakinan untuk membangun keyakinan untuk membangun lingkungan yang interdependent, berorientasi informasi, dan mungkin juga rumit.
(Sumber : Bruce Joyce, 2009:19-21)
Tabel di atas memperlihatkan tingkatan-tingkatan perkembangan kepribadian seseorang dengan lingkungannya. Dengan memahami tabel di atas, maka dapat diketahui cara dan sebab respon peserta didik terhadap apa yang disampikan oleh pendidiknya. Semakin tinggi tingkatan-tingkatan tersebut, maka peserta didik semakin lepas kontrol meskipun tetap saja responsif pada kekuatan dan tantangan menjadi seorang pemimpin. Dengan pendidik memberikan tantangan kepada peserta didik, akan menjadikan peserta didik tersebut berkembang untuk menghasilkan kemampuan yang lebih besar agar bisa mencapai pandangan-pandangan alternatif dan menghormati pendapat orang lain. Pendidik harus mampu mendorong mereka untuk berkembang menjadi lebih baik, mengembangkan fleksibilitas konsepsi peserta didik merupakan tujuan pendidikan yang menjadi tantangan pendidik.
Dalam gagasan tentang optimal mismatch, pendidik mendapatkan satu petunjuk dalam meningkatkan kemampuan peserta didiknya yang berbeda-beda. Pendidik menyediakan yang dibutukan peserta didik dan membantu mereka dalam merancangnya, tetapi tidak sepenuhnya membantu mereka, pendidik cukup memberikan petunjuk agar peserta didik mampu bekerja mandiri.
e.       Peran Performa Ahli dalam Menyeleksi Tujuan
Jika ingin melahirkan peserta didik yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang tinggi, maka diperlukan seorang pendidik yang berkualitas dan terbaik juga dalam kompetensi yang dimiliki pendidik tersebut. Tetapi di samping itu, peran para ahli kurikulum juga menentukan peserta didik yang terbaik dan kompeten. Jika kurikulum yang digunakan baik dalam pembelajaran, maka harus dituntut baik dalam merancang kurikulum tersebut agar dapat membantu peserta didik menuju tingkat kompetensi yang lebih tinggi atau apapun yang harus dilakukan atau disajikan pada peserta didik untuk mencapai performa tertinggi. Peran performa ahli ini menjadi suatu model yang dapat digunakan peserta didik untuk membangun dan mengembangkan kemampuan potensi mereka secara terus menerus.
Perilaku para ahli dapat digunakan untuk membantu mencapai tujuan pada seluruh bidang kurikulum, contohnya :
-       Dalam pelajaran membaca, pendidik dapat mempelajari materi ini dari para ahli membaca bagaimana mereka dapat mendekati teks, mengidentifikasi kata-kata, mencari pemahaman dan membangun kosa kata, setelah itu pendidik menyusun kurikulum untuk membantu peserta didik mengembangkan kompetensi yang mereka miliki.
-       Dalam pelajaran menulis, pendidik dapat mempelajari materi ini dari para ahli menulis atau pengarang tentang bagaimana mengembangkan judul, memperkenalkan topik dan karakter serta penyusunan membuat kalimat yang berpadu.
-       Dalam pelajaran ilmu-ilmu sosial, pendidik dapat mempelajari materi ini dari pada ahli sosiologi, ekonomi dan ilmu-ilmu sosial lainnya, agar peserta didik dapat membandingkan karakteristik-karakteristik setiap masyarakat tertentu dengan menggunakan beberapa jenis konsep yang digunakan oleh para pengamat sosial, sehingga peserta didik dapat berkumpul dan mengolah informasi tentang kelompok sosial, tetangga dan masyarakat.
Selama ini kurikulum hanya menekankan tentang bagaimana peserta didik mampu menyimpan informasi tanpa mengembangkannya. Konsep model ahli (expert model concept) ini benar-benar ingin merombak pendekatan-pendekatan kurikulum tersebut. Model ahli hanya menunjukkan beberapa hubungan dalam masyarakat dimana peserta didik hidup, sehingga peserta didik tersebut hanya mempelajari masyarakat yang ada di sekeliling mereka.
Jika pendidik menekankan bahwa penggunaan model ahli ini tidak menyiratkan hal yang berat, pendekatannya memaksa pada pendidikan, tidak akan menyiratkan tujuan dan harapan tinggi pada peserta didik dan jika proses penerapannya benra-benar, maka pembelajaran mungkin sedikit lebih mudah dan lebih menantang. Dari konsep performa ahli ini, pendidik memahami tujuan dengan lebih baik lagi dengan dua pesan dari konsep tersebut adalah 1) pendidik merancang harapan tinggi dan mendorong peserta didik menuju tingkat kemampuan terbaik, 2) mengajarkan performa para ahli dalam semua tingkatan.



Daftar Pustaka
Joyce Bruce., Weil Marsha., dan Calhoun Emily. 2009.  Models of  Teaching. Pustaka Pelajar




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About