A.
Pengertian Bimbingan dan Konseling
a.
Makna Bimbingan
Istilah “bimbingan”
merupakan terjemahan dari kata “guidance”.
Kata “guidance” yang kata dasarnya “guide”memiliki beberapa arti: (a)
menunjukan jalan (showing the way),
(b) memimpin (leading), (c)
memberikan petunjuk (giving instruction),
(d) mengatur (regulating), (e)
mengarahkan (governing), dan (f)
memberi nasihat (giving advice)
(Winkel, 1991).
Istilah “guidance”, juga diterjemahkan dengan
arti bantuan atau tuntunan. Ada juga yang menerjemahkan kata “guidance” pertolongan.
Miller (1961) dalam Surya
(1998), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu
untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, dan
masyarakat.
Selanjutnya Surya (1988)
mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah
bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang
memiliki pribadi baik dan pendidikan memadai, kepada seseorang (individu) dan
setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri,
mengembangkan arah pandangannya sendir, membuat pilihan sendiri, dan memikul
bebannya sendiri.
Bimbingan berarti bantuan
yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing
mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi,
dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma
yang berlaku.
b. Makna
Konseling
Istillah konseling
diadopsi dari bahasa Inggris “counseling’
yang artinya nasihat, anjuran dan pembicaraan.
Mortensen
(1964)menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi dimana
orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman kecakapan
menemjukan masalahnya.
American
Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan kponseling
sebagai suatu hubungan antara orang yang terlatih secara profesional dan
individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau
konflik atau pengambilan keputusan.
Surya (1988) menyimpulkan tentang
berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para pakar
konseling sebagai berikut. Pertama, konseling
merupakan alat yang paling penting dalam keseluruhan program bimbingan.
Kedua,
dalam
konseling terlibat adanya pertalian (hubungan) dua orang individu, yaitu
konselor dan klien, dimana konselor membantu klien melalui serangkaian
interview dalam serangkaian pertemuan.
Ketiga, interview
merupakan alat utama dalam keseluruhan kegiatan konseling.
Keempat,
tujuan
yang ingin dicapai dalam konseling adalah agar klien memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang dirinya, mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang
dimilikinya ke arah tingkat perkembangan yang optimal, mampu memecahkan sendiri
masalah yang dihadapinya, mempunyai wawasan yang lebih realistis serta
penerimaan yang objektif tentang dirinya maupun lingkungannya, menghindar dari
gejala-gejala kecemasan dan salah suai (maladjustmen).
Kelima,
konseling
merupakan kegiatan profesional, artinya dilaksanakan oleh orang (konselor) yang
telah memeliki kualifikasi profesional dlam pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, dan kualitas pribadinya.
Keenam,
konseling
merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat
fundamental dalam diri klien terutama perubahan dalam sikap dan tindakan.
Ketujuh,
tanggungjawab
utama dalam mengambil keputusan berada ditangan klien dengan bantuan konselor.
Kedelapan,
konseling
lebih menyakut masalah sikap daripada tindakan.
Kesembilan,
konseling
lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada masalah-masalah
intelektual.
Kesepuluh,
konseling
berlangsung dalam suatu situasi pertemuan yang sedemikian rupa.
Bimbingan dan konseling
merupakan proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli)
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar
konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya
sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari
pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka atau
hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli sehingga
konseli mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai
dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.
c. Beberapa
Kekeliruan dalam Memaknai Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno dan
Erman Amti (1999) kesalahan memahami bimbingan dan konseling antara lain:
1) Bimbingan
dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari
pendidikan.
2) Guru
pembimbing atau konselor disekolah dianggap sebagai polisi sekolah.
3) Bimbingan
dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat.
4) Bimbingan
dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat insidental.
5) Bimbingan
dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja.
6) Bimbingan
konseling melayani orang sakit atau kurang normal.
7) Bimbingan
konseling bekerja sendiri.
8) Konselor
harus aktif dan pihak lain pasif.
9) Pekerjaan
bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja.
10) Pelayanan
bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja.
11) Menyamakan
pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater.
12) Menganggap
hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat.
13) Menyamaratakan
cara pemecahan masalah bagi semua klien.
14) Pelayanan
bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang
ringan saja.
15) Memusatkan
usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumen bimbingan dan
konseling.
B.
Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling
Sejarah perkembangan Bimbingan Konseling di
indonesia mengalami perubahan di beberapa dekade, berikut perkembangan
Bimbingan dan Koseling di tiap dekadenya:
a.
Perkembangan
bimbingan dan konseling sebelum kemerdekaan
Masa ini merupakan masa penjajahan Belanda dan
Jepang, para siswa dididik untuk mengabdi demi kepentingan penjajah. Dalam
situasi seperti ini, upaya bimbingan dikerahkan. Bangsa Indonesia berusaha
untuk memperjuangkan kemajun bangsa Indonesia melalui pendidikan.
Salah satunya adalah taman siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara yang
menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari sudut pandang
bimbingan, hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan bimbingan.
1)
Dekade 40-an
Dalam bidang pendidikan, pada dekade 40-an lebih
banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui
pendidikan. Melalui pendidikan yang serba darurat mkala pada saat itu di
upayakan secara bertahap memecahkan masalah besar anatara lain melalui
pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa pancasila dan UUD 45. Hal ini
pulalaah yang menjadi focus utama dalam bimbingan pada saat itu.
2)
Dekade 50-an
Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat
besar yaitu memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia.
Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai
kegiatan pendidikan dan benar benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa
disekolah agar dapat berprestasi.
3)
Dekade 60-an
Sejarah lahirnya Bimbingan dan
Konseling di Indonesia pada dekade ini diawali dari
dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak
tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal
20 – 24 Agustus 1960.
Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada
dekade ini :
a)
Ketetapan MPRS tahun
1966 tentang dasar pendidikan nasional
b)
Lahirnya kurikulum
SMA gaya Baru 1964
c)
Lahirnya kurikulum
1968
d)
Lahirnya jurusan
bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963
e)
Keadaan di atas
memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah.
4)
Dekade 70-an
Dalam dekade ini perkembangan bimbingan dan
konseling dapat terlihat dari rentetan point berikut:
Dalam dekade ini bimbingan di upayakan
aktualisasi nya melalui penataan legalitas sistem, dan pelaksanaannya.
Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada pemecahan masalah utama
pendidikan yaitu :
a)
Pemerataan
kesempatan belajar,
b)
Mutu,
c)
Relevansi, dan
d)
Efisiensi.
Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara
konseptual, maupun secara operasional. Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan
apa, mengapa, bagaimana, dan dimana bimbingan dan konseling.
Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP
Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP
Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar
Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah
Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.
Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan
PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan
Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah
pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak
adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan dan
Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No
026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan
secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk
mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan mereka.
5)
Dekade 80-an
Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama
diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam
dekade 80-an pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai
dengan menuju lepas landas.
Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan
dalam dekade ini:
a)
Penyempurnaan
kurikulum
b)
Penyempurnaan
seleksi mahasiswa baru
c)
Profesionalisasi tenaga
pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis
d)
Penataan perguruan
tinggi
e)
Pelaksnaan wajib
belajar
f)
Pembukaan
universitas teruka
g)
Ahirnya Undang –
Undang pendidikan nasional
Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa
itu adalah kebutuhan akan profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan,
sistem pendidikan konselor, legalitas formal, pemantapan organisasi,
pengmbangan konsep – konsep bimbingan yang berorientasi Indonesia, dsb.
6)
Dekade 90-an
Sampai tahun 1993, pelaksanaan Bimbingan dan
Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya lagi
pengguna terutama orang tua murid
berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengananak yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah.
Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih
lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah
Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di sekolah mulai jelas.
C.
Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Praktik Pendidikan
Secara
formal, kedudukan bimbingan dan
konseling ada dalam Sistem Pendidikan di Indonesia, antara lain :
1.
UU No. 2 tahun 1989 bab I
pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa : “Pendidikan adalah usaha sadar menyiapkan
peserta didik melalui bimbingan dan atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang”
2.
PP No. 28 untuk SD dan PP
No. 29 untuk SMP dan SMA tahun 1990 Bab X pasal 25 ayat 1 yang menyatakan
:“Bimbingan adalah bantuan peserta didik untuk memahami diri, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan”
“Bimbingan dilaksanakan
oleh guru pembimbing”
3.
UU No. 20 tahun 2003 bab
I pasal 1 ayat 6
“Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, dan konselor,
widyaiswara, pamong belajar, fasilitator dan sebutan lain sesuai dengan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”
Dari penjelasan di atas,
jelaslah bahwa bimbingan dan konseling tidak sekedar tempelan saja. Layanan
bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan
strategis. Adapun alasan mengapa bimbingan dan konseling ini di anggap penting
adalah:
a.
Perkembangan IPTEK.
Perkembangan ilmu dan
pengetahuan dan teknologi yang begitu
cepat menimbulkan perubahan-perubahan
dalam berbagai sendi kehidupan seperti sosial, budaya, politik, ekonomi ,
industri, dan sebagainya. Da satu sisi perkembangan IPTEK juga pada
perkembangannya sejumlah karir atau jenis lapangan pekerjaan tertentu. Disisi
lain perkembangan IPTEK akan membawa dampak pada timbulya masalah hubungan sosial,
tenaga ahli, lapangan pkerjaan, penganguran, dan lain sebagainya. Selain itu perkembangan IPTEK juga membawa
dampak positif dan negatif. Seiring dengan hal tersebut, lajunya pertumbuhan
penduduk juga semakin menambah
kompleksnya masalah.
Kondisi seperti di atas
berdampak pula pada kehidupan individu baik sebagai pribadi maupun sebagai
anggota masyarakat. Individu dihadapkan pada situasi yang penuh dengan
perubahan-perubahan yang serba cepat dan kompleks. Berbgai persoalan yang
dihadapi individu seiring dengan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan
antara lain: jenis dan pola kehidupan, hubungan sosial antar individu,
kesempatan memperoleh pendidikan, kesempatan memperoleh pekerjaan, persaingan
antar individu, dan lain sebagainya. Dalam kondisi seperti itu, individu
dituntut untuk mampu menghadapi berbagai masalah seperti kemampuan menyesuaikan
diri (adaptasi), perencanaan dan pemilihan pendidikan, perencanaan dan
pemilihan pekerjaan, masalah hubungan sosial, keluarga, masalah-masalah pribadi
dan lain sebagainya. Tidak semua individu mampu mengatasi masalahnya sendiri.
Dalam keadaan seperti itu, ia perlu mendapatkan bimbingan (bantuan) dari orang
lain.
Berbagai problem yang
amat kompleks sebagai akibat perkembangan IPTEK seperti disebutkan di muka, juga
berpengaruh dalam dunia pendidikan khususnya dalam lingkup sekolah dan
madrasah. Oleh karena itu, lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari
stuasi kehidupan seperti dikemukakan di atas, dan memiliki tanggung jawab untuk
membantu para siswa baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota
masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggung jawab
mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu atau berhasil menyesuaikan
diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang
dihadapinya. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas belum cukup untuk menyiapkan
peserta didik agar bisa terjun ke masyarakat secara berhasil. Peserta didik
hendaknya dibantu agar apa yang mereka terima dari sekolah dapat menjadi bekal
guna menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan mampu menghadapi
masalah-masalah. Dalam kondisi seperti itu, layanan bimbingan dan konseling
sangat diperlukan.
b.
Makna dan fungsi
pendidikan
Kebutuhan akan layanan
bimbingan dan konseling dalam pendidikan berkaitan erat dengan hakikat makna
dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek kehidupan. Selain itu, kebutuhan
layanan pendidikan juga berkaitan erat dengan pandangan akan hakikat dan
karakteristik peserta didik. Hadirnya layanan bimbingan dankonseling dalam
pendidikan adalah apabila kita memandang bahwa pedidikan merupakan upaya untuk
mencapai perwujudan manusia secara keseluruhan.
Pendidikan pada
hakikatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang
berlangsung seumur hidup. Pendidikan juag bermakna proses membantu individu
baik jasmani maupun rohani ke arah terbentuknya pribadi yang berkualitas.
Kualitas manusia yang dimaksud adalah pribadi yang paripurna, yaitu pribadi
yang serasi, selaras, dan seimbang dalam aspek-aspek spiritual, moral, sosial,
intelektual, fisik, dan sebagainya.
Makna dari pernyataan di
atas adalah bahwa inti tujuan pendidikan yaitu terwujudnya keribadian yang
optimal dari setiap peserta didik. Tujuan ini pula lah yang ingin dicapai oleh
layanan bimbingan dan konseling. Dalam kaitan ini bimbingan dankonsling
mempunyai peranan yang sangat penting dlaam pendidikan; yaitu membantu setiap
pribadi peserta didik agar berkembang secara optimal.
c.
Guru
Tugas dan tanggung jawab
utama guru sebagai pendidik adalah mendidik sekaligus mengajar yaitu membantu
peserta didik untuk mencapai kedewasaan. Dalam proses pembelajran, tugas utama
guru selain sebagai pengajar juga pembimbing. Fungsi sebagai pengajar seklaigus
pembimbing terintegrasi dalam peran guru dalam proses pembelajaran. Untuk dapat
menjalankan tugas ini secara efektif, guru hendaknya memahami semua aspek
pribadi peserta didik baik fisik maupun psikis. Perlakuan bijaksana akan muncul
apabila guru benar-benar memahami seluruh aspek kepribadian peserta didiknya.
Untuk itu guru harus mampu:
1)
Mengenal dan memahami
setiap siswa baik setiap individu maupun
kelompok,
2)
Memberikan berbagai
informasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran
3)
Memberikan kesempatan
yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik
pribadinya
4)
Membantu atau
membimbing setiap siswa
5)
Menilai keberhasilan
siswa
Dalam kaitan ini,
pentingnya bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan, setidaknya
didasarkan atas tiga alasan:
1)
Pendidikan pada
hakikatnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian individu
2)
Pendidikan senantiasa
berkembang secara dinamis karenanya selalu terjad perubahan-perubahan dan
penyesuaian dalam berbagai komponen.
3)
Pada hakikatnya guru
mempunyai peranan yang luas tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai
pendidik
d.
Faktor Psikologis
Dalam proses pendidikan
di sekolah, siswa merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan segala
krakteristiknya. Sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses
perekembangan, siswa memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan
lingkungan. Terdapat perbedaan individu antara siswa satu dengan yang lain.
Selain itu, siswa sebagai
pelajar, senantiasa terjadi perubahan perilaku sebagai akibat hasil proses
elajar yang telah dilakukan oleh siswa. Bebrapa aspek psikologis dalam
pendidikan yang bersumber dari siswa
seperti disebutkan diatas, dapat menimbulkan berbagai masalah psikologis
pula. Masalah-masalah pikologis yang timbul pada siswa menuntut adanya upaya
pemecahan melalui pendekatan psikologis antara lain melalui layanan bimbingan
dan konseling.
Beberapa masalah
psikologis yang menjadi latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling
di sekolah dan madrasah, yaitu pertama, masalah perkembangan individu. Siswa
yang dibimbing merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan
menuju kedewasaan. Agar tercapai perkembangan yang optimal memerlukan asuhan
yang terarah. Asuhan guna mencapai tingkat perkembangan yang optimal bisa
dilakukan melalui proses pendidikan dan pembelajaran, sedangkan bimbingan dan
konseling merupakan bantuan individu didaam memperoleh penyesuaian diri sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Dalam konsepsi tentang tugas-tugas perkembangan
(development) dijelaskan bahwa setiap periode tertentu perkembangan siswa
terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Berhasil atau
tidaknya individu menyelesaikan tugas-tugas tersebut akan berpengaruh bagi
perkembangan berikutnya. Melalui layanan bimbingan dan konseling siswa
(individu) dibantu agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya secara baik.
Kedua, masalah perbedaan
individu. Tidak ada dua orang individu yang sama dalam aspek-aspek pribadinya.
Individu yang satu berbeda dengan yang lainnya. Di sekolah dan madrasah masalah
perbedaan individu (siswa) tampak dengan jelas seperti adanya siswa yang pintar atau cerdas, cepat dan
lambat dalam belajar, berbakat, kreaif, dan lain sebagainya. Kenyataan ini akan
membawa konsekuensi dalam pelayanan pendidikan kepada para siswa: terutama yang
menyangkut bahan ajar, metode, media, evaluasi, dan lain sebagainya. Selain
itu, perbedaan individu juga bisa menimbulkan masalah bagi siswa itu sendiri
maupun bagi lingkungannya.
Apalagi umumnya program
pendidikan memberikan pelayanan atas dasar ukuran siswa pada umumnya. Sekolah
dan madrasah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa daam menghadapi
masalah-masalah sehubungan dengan perbedaan individu. Usaha melayani sisw a
secara individual pendidikan bisa diselenggarakan melalui program bimbingan dan
konseling. Berbagai masalah perbedaan individual yang perlu mendapat perhatian
dan berimplikasi pada pelayanan bimbingan dan konseling d sekolah dan madrasah
yaitu: (1) kecerdasan, (2) kecakapan, (3) bakat dan minat, (4) sikap, (5)
kebiasaan, (6) pengetahuan, (7) hasil belajar, (8) kepribdian, (9) cita-cita,
(10) kebutuhan, (11) pola-pola dan tempo perkembangan, (12) ciri-ciri
jasmaniah, (13) latar belakang lingkungan, dan lain sebagainya.
Ketiga, masalah kebutuhan
individu. Selain berbeda dalam hal perkembangannya, siswa di sekolah atau
madrasah juga berbeda dalam kebutuhannya. Tingkah laku individu berkaitan
dengan upaya pemenuhan kebutuhannya: artinya dalam rangka memenuhi kebutuhan,
akan muncul perilaku tertentu dari individu. Tidak semua individu mampu
memenuhi kebutuhannya secara sendiri. Upaya memenuhi kebutuhan siwa di sekolah
dan madrasah dapat diwujudkan melalui program pelayanan bimbingan dan
konseling.
Keempat, masalah
penyesuaian diri. Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai
lingkungannya. Apabila individu tidak mampu menyesuaikan diri, maka akan timbul
banyak masalah. Demikian juga halnya siswa harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekolah atau madrasah. Tidak semua siswa mampu menyesuaikan diri
secara cepat dan baik dengan lingkungannya. Selain itu siswa yang tidak mampu
melakukan penyesuaian diri secara baik berpeluang untuk mengalami kegagalan
dalam proses pendidikan dan pembelajarannya. Dalam kondisi seperti itu sekolah
dan madrasah hendaknya memberikan bantuan agar setiap siswa dapat menyesuaikan
diri secara baik dan terhindar dari gejala-gejala perilaku maladjusted atau maladaptif. Upaya memberikan bantuan pada siswa
agar mampu menyesuaikan diri secara baik dapat diwujudkan melalui pelayanan
bimbingan dan konseling.
Kelima, masalah belajar.
Kegiatan belajar merupakan inti dari kegiatan proses pendidikan secara
keseluruhan di sekolah dan madrasah. Siswa sebagai pelajar akan banyak
dihadapkan pada persoalan-persoalan belajar. Diantara masalah-masalah belajar
yang dihadapi siswa meliputi: pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar
yang tepat, menggunakan buku-nbuku pelajaran, belajar berkelompok, memilih mata
pelajaran yang cocok, memilih study lanjutan, kesulitan konsentrasi, mudah
lupa, mempersiapkan ujian, dan lain sebagainya.
D.
Kondisi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1.
Tujuan Bimbingan dan Konseling
di Sekolah
Bimbingan
dan konseling bertujuan membantu siswa untuk mencapai tugas-tugas perkembangan
secara optimal. Tujuan khusus dari pelaksanaan BK adalah membantu siswa
mencapai:
a. kebahagiaan,
b. produktifitas
diri,
c. hidup
sebagai makhluk sosial,
d. keselarasan
antara keinginan / cita-cita dengan kemampuan siswa.
Agar
seorang siswa mampu mencapai tujuan diatas, maka mereka perlu mendapatkan
kesempatan untuk:
a.
mengenal diri sendiri
& potensi yang dia miliki,
b.
mengenal & memahami
kebutuhan dirinya,
c.
mengembangkan
kemampuannya secara optimal,
d.
menyesuaikan diri dengan
tuntutan sosial.
2.
Bentuk Pelayanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a.
Bentuk pelayanan yang
berfungsi sebagai pencegahan:
i.
Program orientasi,
merupakan program pengenalan mengenai seluk beluk sekolah. Dari lingkungan
sekolah, kurikulum, tata tertib, guru, kegiatan ekstra, dsb.
ii.
Program bimbingan
penjurusan, merupakan program yang akan membantu siswa memahami potensi diri
dan mengembangkannya sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan cita-cita.
iii.
Program pengumpulan data,
merupakan program untuk memperoleh data siswa secara lengkap yang data tersebut
diperlukan sebagai pemahaman pribadi siswa secara lebih mendalam. Dapat
dilakukan dengan kuesioner.
b. Bentuk
pelayanan individual
Merupakan
cara mengenal dan memahami pribadi siswa secara individu. Program harus
disesuaikan dengan keadaan pribadi masing-masing siswa, cara yang paling mudah
adalah dengan memberikan program pembelajaran individu.
c. Bentuk
pelayanan kelompok
Program
dilakukan untuk mendekati kelompok-kelompok siswa tertentu. Kelompok dapat
dibedakan menjadi:
1) kelompok
berdasarkan minat dan bakat
2) kelompok
berdasarkan status sosial dan ekonomi,
3)
kelompok berdasarkan prestasi
4)
kelompok berdasarkan
teman bermain.
5)
E.
Hubungan
Bimbingan Konseling Dengan Ilmu – Ilmu Lainnya
1. Ilmu
Filsafat
Filsafat merupakan ilmu yang memberikan
arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan
bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis,
etis maupun estetis. Filsafat dalam bimbingan dan konseling bertujuan untuk
usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah
manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut,
tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai
dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat
post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat
.(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph,
dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai
berikut :
a. Manusia
adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan
perkembangan dirinya.
b. Manusia
dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha
memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
c. Manusia
berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya
melalui pendidikan.
d. Manusia
dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya
untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol
keburukan.
e. Manusia
memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara
mendalam.
f.
Manusia akan menjalani
tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan
tugas-tugas kehidupannya sendiri.
g. Manusia
adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
h. Manusia
adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat
pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini
memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu
adan akan menjadi apa manusia itu.
i.
Manusia pada hakikatnya
positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam
keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
2. Ilmu
Psikologi
Psikologis
merupakan ilmu yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku
individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan
konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah
tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c)
perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
3. Ilmu
Sosial-Budaya
Ilmu sosial-budaya merupakan ilmu yang dapat
memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi
kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang
individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia
hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan
pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di
sekitarnya. Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang
mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu
: (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d)
kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Terkait dengan layanan bimbingan dan
konseling di Indonesia, (Moh. Surya. 2006) mengetengahkan tentang tren
bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan
pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti
Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat
bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan
konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara
nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik. 4.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Layanan bimbingan dan konseling
merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang
menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling
disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode,
seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau
analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks
dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya. Sejalan dengan perkembangan teknologi,
khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan
komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Menurut
Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah
bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. (Moh. Surya. 2006)
mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi
antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan
melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara
virtual (maya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar