Pages

Selasa, 22 Desember 2015

Makna, Posisi serta Urgensi Bimbingan Konseling dalam Praktik Pendidikan



A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling
a.       Makna Bimbingan
Istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance” yang kata dasarnya “guide”memiliki beberapa arti: (a) menunjukan jalan (showing the way), (b) memimpin (leading), (c) memberikan petunjuk (giving instruction), (d) mengatur (regulating), (e) mengarahkan (governing), dan (f) memberi nasihat (giving advice) (Winkel, 1991).
Istilah “guidance”, juga diterjemahkan dengan arti bantuan atau tuntunan. Ada juga yang menerjemahkan kata “guidance” pertolongan.
Miller (1961) dalam Surya (1998), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Selanjutnya Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan memadai, kepada seseorang (individu) dan setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendir, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
Bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma yang berlaku.

b.      Makna Konseling
Istillah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “counseling’ yang artinya nasihat, anjuran dan pembicaraan.
Mortensen (1964)menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi dimana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman kecakapan menemjukan masalahnya.
American Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan kponseling sebagai suatu hubungan antara orang yang terlatih secara profesional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan.
Surya (1988) menyimpulkan tentang berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para pakar konseling sebagai berikut. Pertama, konseling merupakan alat yang paling penting dalam keseluruhan program bimbingan.
Kedua, dalam konseling terlibat adanya pertalian (hubungan) dua orang individu, yaitu konselor dan klien, dimana konselor membantu klien melalui serangkaian interview dalam serangkaian pertemuan.
Ketiga, interview merupakan alat utama dalam keseluruhan kegiatan konseling.
Keempat, tujuan yang ingin dicapai dalam konseling adalah agar klien memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya ke arah tingkat perkembangan yang optimal, mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya, mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif tentang dirinya maupun lingkungannya, menghindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah suai (maladjustmen).
Kelima, konseling merupakan kegiatan profesional, artinya dilaksanakan oleh orang (konselor) yang telah memeliki kualifikasi profesional dlam pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualitas pribadinya.
Keenam, konseling merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fundamental dalam diri klien terutama perubahan dalam sikap dan tindakan.
Ketujuh, tanggungjawab utama dalam mengambil keputusan berada ditangan klien dengan bantuan konselor.
Kedelapan, konseling lebih menyakut masalah sikap daripada tindakan.
Kesembilan, konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada masalah-masalah intelektual.
Kesepuluh, konseling berlangsung dalam suatu situasi pertemuan yang sedemikian rupa.
Bimbingan dan konseling merupakan  proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.
c.       Beberapa Kekeliruan dalam Memaknai Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) kesalahan memahami bimbingan dan konseling antara lain:
1)      Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan.
2)      Guru pembimbing atau konselor disekolah dianggap sebagai polisi sekolah.
3)      Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat.
4)      Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat insidental.
5)      Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja.
6)      Bimbingan konseling melayani orang sakit atau kurang normal.
7)      Bimbingan konseling bekerja sendiri.
8)      Konselor harus aktif dan pihak lain pasif.
9)      Pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja.
10)  Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja.
11)  Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater.
12)  Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat.
13)  Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
14)  Pelayanan bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang ringan saja.
15)  Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumen bimbingan dan konseling.

B.     Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling
Sejarah perkembangan Bimbingan Konseling di indonesia mengalami perubahan di beberapa dekade, berikut perkembangan Bimbingan dan Koseling di tiap dekadenya:
a.       Perkembangan bimbingan dan konseling sebelum kemerdekaan
Masa ini merupakan masa penjajahan Belanda dan Jepang, para siswa dididik untuk mengabdi demi kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini, upaya bimbingan dikerahkan. Bangsa Indonesia berusaha untuk memperjuangkan kemajun bangsa   Indonesia melalui pendidikan. Salah satunya adalah taman siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara yang menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari sudut pandang bimbingan, hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan bimbingan.
1)      Dekade 40-an
Dalam bidang pendidikan, pada dekade 40-an lebih banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang serba darurat mkala pada saat itu di upayakan secara bertahap memecahkan masalah besar anatara lain melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa pancasila dan UUD 45. Hal ini pulalaah yang menjadi focus utama dalam bimbingan pada saat itu.
2)      Dekade 50-an
Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan benar benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa disekolah agar dapat berprestasi.
3)      Dekade 60-an
Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia pada dekade ini diawali dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 – 24 Agustus 1960.
Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini :
a)      Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan nasional
b)      Lahirnya kurikulum SMA gaya Baru 1964
c)      Lahirnya kurikulum 1968
d)      Lahirnya jurusan bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963
e)      Keadaan di atas memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah.
4)            Dekade 70-an
Dalam dekade ini perkembangan bimbingan dan konseling dapat terlihat dari rentetan point berikut:
Dalam dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya melalui penataan legalitas sistem, dan pelaksanaannya. Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada pemecahan masalah utama pendidikan yaitu :
a)      Pemerataan kesempatan belajar,
b)      Mutu,
c)      Relevansi, dan
d)      Efisiensi.
Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara operasional. Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa, bagaimana, dan dimana bimbingan dan konseling.
Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.
Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.

5)    Dekade 80-an
Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam dekade 80-an pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai dengan menuju lepas landas.
Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:
a)      Penyempurnaan kurikulum
b)      Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru
c)      Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis
d)      Penataan perguruan tinggi
e)      Pelaksnaan wajib belajar
f)       Pembukaan universitas teruka
g)      Ahirnya Undang – Undang pendidikan nasional
Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitas formal, pemantapan organisasi, pengmbangan konsep – konsep bimbingan yang berorientasi Indonesia, dsb.
6)      Dekade 90-an
Sampai tahun 1993, pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengananak yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas.

C.    Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Praktik Pendidikan
Secara formal, kedudukan bimbingan dan konseling ada dalam Sistem Pendidikan di Indonesia, antara lain :
1.      UU No. 2 tahun 1989 bab I pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa : “Pendidikan adalah usaha sadar menyiapkan peserta didik melalui bimbingan dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”
2.      PP No. 28 untuk SD dan PP No. 29 untuk SMP dan SMA tahun 1990 Bab X pasal 25 ayat 1 yang menyatakan :“Bimbingan adalah bantuan peserta didik untuk memahami diri, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”
“Bimbingan dilaksanakan oleh guru pembimbing”
3.      UU No. 20 tahun 2003 bab I pasal 1 ayat 6
“Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, dan konselor, widyaiswara, pamong belajar, fasilitator dan sebutan lain sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa bimbingan dan konseling tidak sekedar tempelan saja. Layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan strategis. Adapun alasan mengapa bimbingan dan konseling ini di anggap penting adalah:
a.       Perkembangan IPTEK.
Perkembangan ilmu dan pengetahuan  dan teknologi yang begitu cepat  menimbulkan perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan seperti sosial, budaya, politik, ekonomi , industri, dan sebagainya. Da satu sisi perkembangan IPTEK juga pada perkembangannya sejumlah karir atau jenis lapangan pekerjaan tertentu. Disisi lain perkembangan IPTEK akan membawa dampak pada timbulya masalah hubungan sosial, tenaga ahli, lapangan pkerjaan, penganguran, dan lain sebagainya.  Selain itu perkembangan IPTEK juga membawa dampak positif dan negatif. Seiring dengan hal tersebut, lajunya pertumbuhan penduduk  juga semakin menambah kompleksnya masalah.
Kondisi seperti di atas berdampak pula pada kehidupan individu baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Individu dihadapkan pada situasi yang penuh dengan perubahan-perubahan yang serba cepat dan kompleks. Berbgai persoalan yang dihadapi individu seiring dengan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan antara lain: jenis dan pola kehidupan, hubungan sosial antar individu, kesempatan memperoleh pendidikan, kesempatan memperoleh pekerjaan, persaingan antar individu, dan lain sebagainya. Dalam kondisi seperti itu, individu dituntut untuk mampu menghadapi berbagai masalah seperti kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi), perencanaan dan pemilihan pendidikan, perencanaan dan pemilihan pekerjaan, masalah hubungan sosial, keluarga, masalah-masalah pribadi dan lain sebagainya. Tidak semua individu mampu mengatasi masalahnya sendiri. Dalam keadaan seperti itu, ia perlu mendapatkan bimbingan (bantuan) dari orang lain.
Berbagai problem yang amat kompleks sebagai akibat perkembangan IPTEK seperti disebutkan di muka, juga berpengaruh dalam dunia pendidikan khususnya dalam lingkup sekolah dan madrasah. Oleh karena itu, lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari stuasi kehidupan seperti dikemukakan di atas, dan memiliki tanggung jawab untuk membantu para siswa baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu atau berhasil menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas belum cukup untuk menyiapkan peserta didik agar bisa terjun ke masyarakat secara berhasil. Peserta didik hendaknya dibantu agar apa yang mereka terima dari sekolah dapat menjadi bekal guna menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan mampu menghadapi masalah-masalah. Dalam kondisi seperti itu, layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan.
b.      Makna dan fungsi pendidikan
Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan berkaitan erat dengan hakikat makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek kehidupan. Selain itu, kebutuhan layanan pendidikan juga berkaitan erat dengan pandangan akan hakikat dan karakteristik peserta didik. Hadirnya layanan bimbingan dankonseling dalam pendidikan adalah apabila kita memandang bahwa pedidikan merupakan upaya untuk mencapai perwujudan manusia secara keseluruhan.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan juag bermakna proses membantu individu baik jasmani maupun rohani ke arah terbentuknya pribadi yang berkualitas. Kualitas manusia yang dimaksud adalah pribadi yang paripurna, yaitu pribadi yang serasi, selaras, dan seimbang dalam aspek-aspek spiritual, moral, sosial, intelektual, fisik, dan sebagainya.
Makna dari pernyataan di atas adalah bahwa inti tujuan pendidikan yaitu terwujudnya keribadian yang optimal dari setiap peserta didik. Tujuan ini pula lah yang ingin dicapai oleh layanan bimbingan dan konseling. Dalam kaitan ini bimbingan dankonsling mempunyai peranan yang sangat penting dlaam pendidikan; yaitu membantu setiap pribadi peserta didik agar berkembang secara optimal.
c.       Guru
Tugas dan tanggung jawab utama guru sebagai pendidik adalah mendidik sekaligus mengajar yaitu membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan. Dalam proses pembelajran, tugas utama guru selain sebagai pengajar juga pembimbing. Fungsi sebagai pengajar seklaigus pembimbing terintegrasi dalam peran guru dalam proses pembelajaran. Untuk dapat menjalankan tugas ini secara efektif, guru hendaknya memahami semua aspek pribadi peserta didik baik fisik maupun psikis. Perlakuan bijaksana akan muncul apabila guru benar-benar memahami seluruh aspek kepribadian peserta didiknya. Untuk itu guru harus mampu:
1)      Mengenal dan memahami setiap siswa  baik setiap individu maupun kelompok,
2)      Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran
3)      Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya
4)      Membantu atau membimbing setiap siswa
5)      Menilai keberhasilan siswa
Dalam kaitan ini, pentingnya bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan, setidaknya didasarkan atas tiga alasan:
1)      Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian individu
2)      Pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis karenanya selalu terjad perubahan-perubahan dan penyesuaian dalam berbagai komponen.
3)      Pada hakikatnya guru mempunyai peranan yang luas tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik


d.      Faktor Psikologis
Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan segala krakteristiknya. Sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perekembangan, siswa memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungan. Terdapat perbedaan individu antara siswa satu dengan yang lain.
Selain itu, siswa sebagai pelajar, senantiasa terjadi perubahan perilaku sebagai akibat hasil proses elajar yang telah dilakukan oleh siswa. Bebrapa aspek psikologis dalam pendidikan yang bersumber dari siswa  seperti disebutkan diatas, dapat menimbulkan berbagai masalah psikologis pula. Masalah-masalah pikologis yang timbul pada siswa menuntut adanya upaya pemecahan melalui pendekatan psikologis antara lain melalui layanan bimbingan dan konseling.
Beberapa masalah psikologis yang menjadi latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah, yaitu pertama, masalah perkembangan individu. Siswa yang dibimbing merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan menuju kedewasaan. Agar tercapai perkembangan yang optimal memerlukan asuhan yang terarah. Asuhan guna mencapai tingkat perkembangan yang optimal bisa dilakukan melalui proses pendidikan dan pembelajaran, sedangkan bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu didaam memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam konsepsi tentang tugas-tugas perkembangan (development) dijelaskan bahwa setiap periode tertentu perkembangan siswa terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Berhasil atau tidaknya individu menyelesaikan tugas-tugas tersebut akan berpengaruh bagi perkembangan berikutnya. Melalui layanan bimbingan dan konseling siswa (individu) dibantu agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya secara baik.
Kedua, masalah perbedaan individu. Tidak ada dua orang individu yang sama dalam aspek-aspek pribadinya. Individu yang satu berbeda dengan yang lainnya. Di sekolah dan madrasah masalah perbedaan individu (siswa) tampak dengan jelas seperti adanya  siswa yang pintar atau cerdas, cepat dan lambat dalam belajar, berbakat, kreaif, dan lain sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi dalam pelayanan pendidikan kepada para siswa: terutama yang menyangkut bahan ajar, metode, media, evaluasi, dan lain sebagainya. Selain itu, perbedaan individu juga bisa menimbulkan masalah bagi siswa itu sendiri maupun bagi lingkungannya.
Apalagi umumnya program pendidikan memberikan pelayanan atas dasar ukuran siswa pada umumnya. Sekolah dan madrasah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa daam menghadapi masalah-masalah sehubungan dengan perbedaan individu. Usaha melayani sisw a secara individual pendidikan bisa diselenggarakan melalui program bimbingan dan konseling. Berbagai masalah perbedaan individual yang perlu mendapat perhatian dan berimplikasi pada pelayanan bimbingan dan konseling d sekolah dan madrasah yaitu: (1) kecerdasan, (2) kecakapan, (3) bakat dan minat, (4) sikap, (5) kebiasaan, (6) pengetahuan, (7) hasil belajar, (8) kepribdian, (9) cita-cita, (10) kebutuhan, (11) pola-pola dan tempo perkembangan, (12) ciri-ciri jasmaniah, (13) latar belakang lingkungan, dan lain sebagainya.
Ketiga, masalah kebutuhan individu. Selain berbeda dalam hal perkembangannya, siswa di sekolah atau madrasah juga berbeda dalam kebutuhannya. Tingkah laku individu berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhannya: artinya dalam rangka memenuhi kebutuhan, akan muncul perilaku tertentu dari individu. Tidak semua individu mampu memenuhi kebutuhannya secara sendiri. Upaya memenuhi kebutuhan siwa di sekolah dan madrasah dapat diwujudkan melalui program pelayanan bimbingan dan konseling.
Keempat, masalah penyesuaian diri. Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungannya. Apabila individu tidak mampu menyesuaikan diri, maka akan timbul banyak masalah. Demikian juga halnya siswa harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah atau madrasah. Tidak semua siswa mampu menyesuaikan diri secara cepat dan baik dengan lingkungannya. Selain itu siswa yang tidak mampu melakukan penyesuaian diri secara baik berpeluang untuk mengalami kegagalan dalam proses pendidikan dan pembelajarannya. Dalam kondisi seperti itu sekolah dan madrasah hendaknya memberikan bantuan agar setiap siswa dapat menyesuaikan diri secara baik dan terhindar dari gejala-gejala perilaku maladjusted atau maladaptif. Upaya memberikan bantuan pada siswa agar mampu menyesuaikan diri secara baik dapat diwujudkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling.
Kelima, masalah belajar. Kegiatan belajar merupakan inti dari kegiatan proses pendidikan secara keseluruhan di sekolah dan madrasah. Siswa sebagai pelajar akan banyak dihadapkan pada persoalan-persoalan belajar. Diantara masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa meliputi: pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang tepat, menggunakan buku-nbuku pelajaran, belajar berkelompok, memilih mata pelajaran yang cocok, memilih study lanjutan, kesulitan konsentrasi, mudah lupa, mempersiapkan ujian, dan lain sebagainya.

D.    Kondisi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1.      Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa untuk mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal. Tujuan khusus dari pelaksanaan BK adalah membantu siswa mencapai:
a.       kebahagiaan,
b.      produktifitas diri,
c.       hidup sebagai makhluk sosial,
d.      keselarasan antara keinginan / cita-cita dengan kemampuan siswa.
Agar seorang siswa mampu mencapai tujuan diatas, maka mereka perlu mendapatkan kesempatan untuk:
a.       mengenal diri sendiri & potensi yang dia miliki,
b.      mengenal & memahami kebutuhan dirinya,
c.       mengembangkan kemampuannya secara optimal,
d.      menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial.
2.      Bentuk Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a.       Bentuk pelayanan yang berfungsi sebagai pencegahan:
                                                                                i.      Program orientasi, merupakan program pengenalan mengenai seluk beluk sekolah. Dari lingkungan sekolah, kurikulum, tata tertib, guru, kegiatan ekstra, dsb.
                                                                              ii.      Program bimbingan penjurusan, merupakan program yang akan membantu siswa memahami potensi diri dan mengembangkannya sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan cita-cita.
                                                                            iii.      Program pengumpulan data, merupakan program untuk memperoleh data siswa secara lengkap yang data tersebut diperlukan sebagai pemahaman pribadi siswa secara lebih mendalam. Dapat dilakukan dengan kuesioner.
b.      Bentuk pelayanan individual
Merupakan cara mengenal dan memahami pribadi siswa secara individu. Program harus disesuaikan dengan keadaan pribadi masing-masing siswa, cara yang paling mudah adalah dengan memberikan program pembelajaran individu.
c.       Bentuk pelayanan kelompok
Program dilakukan untuk mendekati kelompok-kelompok siswa tertentu. Kelompok dapat dibedakan menjadi:
1)      kelompok berdasarkan minat dan bakat
2)      kelompok berdasarkan status sosial dan ekonomi,
3)       kelompok berdasarkan prestasi
4)      kelompok berdasarkan teman bermain.
5)       
E.     Hubungan Bimbingan Konseling Dengan Ilmu – Ilmu Lainnya
1.      Ilmu Filsafat
Filsafat merupakan ilmu yang memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis. Filsafat dalam bimbingan dan konseling bertujuan untuk usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
a.       Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
b.      Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
c.       Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
d.      Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
e.       Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
f.        Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
g.      Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
h.      Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
i.        Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.

2.      Ilmu Psikologi
Psikologis merupakan ilmu yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.

3.      Ilmu Sosial-Budaya
Ilmu sosial-budaya merupakan ilmu yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, (Moh. Surya. 2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik. 4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya. Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. (Moh. Surya. 2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About